Pos Kota

Jakarta, 2 Juni 1999  

SUARA PEMBACA

"Bagaimana Menjamin Kemurnian Pemilu 1999?"

Tak seorang pun akan menyangkal, dan semua pakar dan pengamat di dalam dan di luar negeri pun sudah sepaham, bahwa dari keberhasilan Pemilu '99 yang berlangsung tgl. 7 Juni mendatang ini tergantunglah nasib bangsa kita ini: penanggulangan krisis moneter dan krisis politik, penanggulangan musibah kekerasan SARA, penanggulangan kemiskinan dan kelaparan yang kian menyebar di kepulauan Nusantara indah permai ini.
Tapi aneh bin ajaib: para pemimpin dan politisi cuma bisa berdebar hati, mengamati rakyat biasa yang datang mencebloskan pilihannya. Nasib Bangsa! Alangkah beratnya tanggung jawab yang membeban pada bahu setiap Pak Tani, Bang Becak, Mbok-mbok penjual sayuran di pasar, yang harus maju memilih.
Padahal, penanggulangan segala kesulitan tersebut di atas tadi hanya bisa diharapkan kalau pemilihan umum berlangsung dengan jujur dan murni. Kalau tidak, tidak bisa diharapkan satu perbaikan. Di sinilah baru kita rasakan benar, beratnya tanggungjawab pada pundak setiap pemilih itu.
Kita sama-sama maklum, orang sedang tidak punya duit. Kalau perut sudah menggerutu, kalau anak-anak bertangis kelaparan, siapa yang bisa menyalahkan kalau menerima sogokan sedekah untuk mememilih pihak yang memberi sogokan? Pada saat kehidupan sedang sulit begini, pasti banyak orang "termakan". Maka melesetlah hasil Pemilu ini dari jalan murni yang bisa mendatangan keselamatan bagi bangsa.
Mungkin, menghadapi dilema yang berat seperti ini, kita sudah sedia menerima nasib dengan rela? Waktu sudah larut begini, minggu depan sudah Pemilu, masih dapatkah sesuatu kita lakukan untuk menjamin kemurnian Pemilu? Masih dapatkah sesuatu diperbuat untuk menyelamatkan bangsa dari musibah akibat hasil pemilu yang curang?
Untunglah, jawabannya "YA". Ada sesuatu yang sangat efektif, yang bisa dan perlu dilakukan! Lebih aneh lagi, untuk itu tidak perlu banyak ongkos atau fasilitas mahal.
Yang perlu disebarluaskan adalah satu pesan yang sangat sederhana:
"Kalau rakyat diberi uang atau sogokan atau desakan apapun juga yang mengharuskan dia memilih partai tertentu, maka hendaklah dia terima saja, kantongkan saja uang itu, dan rela saja memberi janji memilih partai yang disuruhkan itu, kalau disuruh memberi sumpah pun jangan melawan.
"Oleh karena setiap upaya untuk menyogok atau mendesak atau memaksa atau mempengaruhi pemilihan umum dengan jalan seperti itu itu semuanya tidak sah dan melanggar hukum, maka segala janji dan sumpah yang dibuat akibat desakan itupun tidak sah, tidak berlaku.
"Jadi, walaupun sudah menerima sogokan dan bersumpah memilih partai yang disuruhkan, seseorang itu baru akan berdosa kalau janji atau sumpah itu benar-benar ditunaikan! Untuk tetap jujur dan memenuhi tugas kepada Nusa dan Bangsa, cukup waktu memilih itu memilih partai pilihan subyektif kesukaannya sendiri. Bukan partai yang disuruhkan oleh pihak penyogok.
"Juga sumpah dan janji yang telah diberi kepada Pak Lurah atau kepala kantor atau pihak-pihak otoriter lain itu semuanya sumpah saja, tapi tidak wajib untuk dilaksanakan, melainkan wajib untuk tidak dilaksanakan!"
Oleh karena itu, alangkah baiknya kalau semua alim ulama dari Sabang sampai Merauke dalam khotbah hari Jumat nanti maulah kiranya menyampaikan fatwa kepada ummatnya: bahwa segala sumpah untuk memilih partai yang dibuat kepada pihak penyogok atau penyuruh itu tidak berlaku, dan sesatlah kalau sumpah itu dipenuhi. Uang sogok terima saja, sumpahpun biar, asal saja tidak dilaksanakan, melainkan menceblos partai pilihannya sendiri! Kewajiban untuk menaati kebebasan pemilu itu tertera dalam undang-undang yang dilindungi ketaklukan kepada Tuhan yang Mahaesa.
Alangkah baiknya kalau segala pendeta dan pemimpin agama lain membuat khotbah seperti itu juga untuk pengikut agama masing-masing.
Alangkah baiknya kalau semua pembawa acara radio dan TV juga menyampaikan pesan yang sama kepada pendengar dan penonton. Dan pada semua pertunjukkan filem, dapatkah di tengah adpertensi di muka pertunjukan juga disertakan satu slide yang mengandung pesan itu? Dan guru-guru sekolah, dapatkah memesankan kepada muridnya agar disampaikan kepada orangtuanya? Tulis saja di papantulis, supaya disalin oleh murid-murid dan ditunjukkan kepada orangtuanya.
Dan terutama lagi, pembantu-pembantu dan pemantau-pemantau Pemilu, dapatkah menyampaikan pesan ini kepada semua pihak?
Tidak perlu banyak ongkos atau pengeluaran, bukan? Tapi kalau semuanya bersama ikut menyampaikan pesan itu, akan benar-benarlah Bangsa Bahari dari Sabang sampai Merauke dirasakan benar, bahu-membahu menghadapi tantangan secara bersama. Maka benar-benar Pemilu ini akan menjadi satu pemilihan umum demokratis yang sah secara undang-undang dan membawa keselamatan dari musibah-musibah yang telah melanda negeri pusaka kita ini.
 
dari: Waruno Mahdi
Berlin, Jerman
 

RETURN