A reader form Yogyakarta contacted me after reading my July 11th posting in Apakabar.
Date: Sat, 11 Jul 1998 06:24:47 +0700
From: "......." <....@yogya...id>
To: Waruno Mahdi <mahdi@FHI-Berlin.MPG.DE>

Bung,

Membaca posting anda di apakabar, tentu saja kita semua sadar, bahwa sebenarnya biang dari semua ini adalah ABRI.

Namun, kita seharusnya juga melihat kondisi global dunia, USA saat ini berkuasa tanpa ada tandingan, politik dan ekonomi mereka saat ini sedang kuat-kuatnya.

Begitulah, beberapa waktu Conggressman USA tanpa sungkan menghimbau rakyat TIMTIM dan Irian Jaya melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdiri sendiri menjadi negara berdaulat. Alias beda mengatur secara mandiri dan independen.

Tapi ada rasa kekhawatiran yang nyata, seperti anda ketahui awal Juli lalu, pada sebuah forum antara ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) dan PII (Persatuan Insinyur Indonesia) agar kita "menyewakan" salah satu pulau untuk membayar utang kita pada negara-negara pemberi utang.

Rasa itu muncul ketika kita melihat; bahwa banyak negara-negara yang baru saja merdeka atau tidak lama setelah merdeka ; ternyata banyak ditipu oleh negara-negara industri maju. Salah satu contohnya adalah : MOZAMBIQUE di Afrika, negara itu memang sudah merdeka, rakyatnya bebas mementukan apa-apanya sendiri. Tapi, akhirnya negara mereka dijadikan sebagai TEMPAT PEMBUANGAN LIMBAH NUKLIR DAN SAMPAH KIMIA. Mengerikan bukan??

Saya kira, TIMITIM dan IRIAN pun dapat bernasib sama! Bahkan akan sangat menderita karena kita tahu pembangunan SDM di wilayah itu dilakukan tidak sungguh-sungguh oleh rezim Soeharto pada saat itu. Yang dibangun kok cuma Jakarta dan Jakarta!

Ada komentar dan tanggapan? Terima kasih dan saya tunggu.


Date: Sat, 11 Jul 1998 15:48 +0200
From: Waruno Mahdi <mahdi@FHI-Berlin.MPG.DE>
To: "......." <....@yogya...id>

Terimakasih atas surat tanggapan Bung yang sangat saya hargai.

Bung benar. Pendapat saya juga begitu, bahwa tidaklah baik bagi penduduk Irian Barat itu sendiri kalau mandiri, lepas dari RI. Lihat tulisan saya menjawab tulisan Ottis Simopiaref dari OPM, yang saya pasang di alamat:

http://w3.rz-berlin.mpg.de/~wm/PAP/IrJa-n-OPM.html

Hanya saja, saya pikir Bung juga tidak akan menyangkal bahwa kalau rakyat Irja itu sudah sebal benar dengan perlakuan bengis yang mereka derita selama 35 tahun ini, maka itu sangat dapat dimengerti. Walaupun yang bersalah itu Orba dan ABRI, kita tidak boleh enak saja menyangkal tanggungjawab. Adalah masuk kewajiban kita untuk membantu rakyat Irja, tidak secara materiel, melainkan secara rohani. Ini berarti membantu mereka mengatasi trauma-trauma yang telah mendalam benar dalam hati mereka. Bayangkanlah perasaan rakyat Indonesia terhadap orang Jepang pada akhir masa pendudukan Jepang. Padahal masa pendudukan Jepang itu tidak sampai 5 tahun. Ketahuilah, yang dialami Penduduk Irja itu mirip seperti itu, hanya saja jangka waktunya 35 tahun!

Karena itu, kita-kita ini jangan keburu mencari celanya, melainkan lebih dulu menunjukkan solider kita dengan rakyat Irja. Mari kita buka dulu pintu rumah Indonesia reformasi dan menerima mereka dulu dalam rumah ini dengan segala ramah-tamah, seperti yang semestinya dilakukan sudah dari dulu-dulu setelah 1963, ketika mereka malah ditraktir dengan sepatu lars! Masalah "Papua Merdeka" itu kan cuma alat satu-satunya yang mereka temui untuk menyalurkan kekecewaan dan kemarahannya yang sudah lumrah itu. Mari kita sediakan peluang rumah Indonesia reformasi yang memberi saluran yang lebih tuntas untuk perjuangan mereka yang adil itu. Setuju?



Date: Tue, 14 Jul 1998 09:06:45 +0700
From: "......." <....@yogya...id>
To: Waruno Mahdi <mahdi@FHI-Berlin.MPG.DE>

Saya secara garis besar sependapat dengan anda. Tapi apakah maksud anda jika kita solider dengan perjuangan mereka, kelak kemudian kita dibohongi lagi oleh negara-negara industri maju.

Untuk peluang itu, saya masih bertanya-tanya; bagaimana dengan peluang bagi negara-negara industri (USA misalnya); mengapa dulu ketika transmigrasi dari Jawa ke Irian ; sering dituduh sebagai program ; JAWANISASI oleh negara-negara lain ?

Sekarang ketika , di Irian ada Freeport mereka diam saja? Apakah Freeport (MNC) ada di belakang rekayasaa-rekayasa ini semua??

Untuk saluran reformasi yang lebih tuntas; saya belum dapat mengerti sepenuhnya maksud anda. Harap dijelaskan. Terima kasih atas perhatian anda.


Date: Tue, 14 Jul 1998 11:19 +0200
From: Waruno Mahdi <mahdi@FHI-Berlin.MPG.DE>
To: "......." <....@yogya...id>

Saya mengerti kecemasan Anda, tetapi saya pikir disini perlu kita bedakan antara massa yang bergerak secara ikhlas (termasuk bagian terbesar daripada aktivis pemuda mereka) dan beberapa unsur yang mungkin telah diinfiltrasikan oleh sementara vested interest ke dalam pergerakan mereka dengan tujuan merekayasainya.

Anggaplah, untuk mudahnya, bahwa ada bahaya akut aktivitas anasir seperti yang tersebut terakhir ini. Yang nyata sekarang, adalah bahwa (a) gerpol anasir itu hanya bisa berhasil karena rakyat setempat telah menjadi korban kelaliman aparat Orba, terutama lagi ABRI, sehingga sudah penasaran benar dan peka untuk setiap hasutan dari anasir tersebut; dan (b) tindakan-tindakan kekerasan ABRI yang baru-baru ini yang ditujukan menumpas demonstrasi penduduk adalah cara yang paling efektif untuk lebih membuat anasir separatis itu tambah populer di kalangan massa.

Saya pikir, dari ini saja sudah timbul satu keharusan dari pihak gerakan reformasi, untuk menetralisasi pengaruh negatif tindakan ABRI itu. Hanya dengan satu aksi solider yang massal, akan bisalah kita coba menarik kembali kepercayaan rakyat Irja dan menggagalkan gerpol anasir vested interest tersebut.

Adapun vested interest tersebut itu saya pikir bukan Freeport McMoran, karena justru perusahaan inilah yang turut bergerak dibalik layar, memotivasi Amerika Serikat mendesak Nederland untuk mengembalikan Irian Barat kepada Indonesia sehingga terjadi Perjanjian New York dulu. Tak kebetulan, sekarangpun AS secara demonstratif membela kesatuan Indonesia dalam batas-batas bekas Hindia Belanda. Mengingat adanya juga perusahaan-perusahaan tambang-emas raksasa beroperasi di PNG, khususnya yang berbasis Australia, bisa ada syak-wasangka bahwa ada vested interest dari negeri itu, tetapi saya kurang percaya. Setahu saya, Australia sangat mementingkan kestabilan Indonesia secara kesatuan, sampai-sampai dalam pendudukan Timor Timur itu saja, Australia praktis satu-satunya yang masih mendukung politik integrasionisnya pemerintah.

Tetapi entah siapakah vested interest itu, yang terang adalah bahwa taktiknya masih tetap sama seperti dulu-dulu, yaitu "divide et impera". Dan dalam hal ini, mereka telah sekali lagi berhasil, yaitu di satu pihak, dengan bantuan ABRI, membuat penduduk Irja syak-wasangka terhadap bagian bangsa Indonesia yang sawomatang, terutama lagi yang sukubangsa Jawa, dan di lain pihak membuat kita-kita syak-wasangka kepada gerakan orang Irja.

Saya pikir, satu-satunya jalan untuk mendobrak "lingkaran setan" ini ialah kalau gerakan reformasi membuka hatinya dan mengulurkan tangannya kepada kawan-kawan Irian Jaya yang tiada lain daripada sekutu kita dalam melawan sisa aparat Orba yang sudah terlalu banyak merusak dalam tanahair Nusantara ini.

Bagaimana kalau kita "dibohongi lagi"? Jangan takut. Amerika Serikat makin cenderung mendukung kemerdekaan Timor Timur, tapi tetap tegas mempertahankan kesatuan Indonesia termasuk Irian Barat. Australia juga mempunyai kepentingan yang sangat kuat agar Indonesia tidak menjadi korban pecah-belah teritorial. Juga pihak-pihak lain yang berkepentingan akan berakhirnya resesi dan krisis moneter di Indonesia secepat mungkin itu juga sadar, bahwa lepasnya Irian Jaya mempunyai akibat sangat negatif terhadap harapan-harapan mereka itu.

Tapi kalau ABRI dibolehkan bersimaharajalela terus menganiaya rakyat Irian Jaya seperti yang dilakukan sampai sekarang, maka sangat besar kemungkinan mereka berhasil membuat Irian Barat lepas dari RI! Saya menganggap, adalah tugas penting gerakan reformasi, menyelamatkan Indonesia dari segala bencana yang telah didatangkan oleh Orba, termasuk bahaya lepasnya Irian Jaya. Dan jalan satu-satunya yang saya bisa lihat, ialah untuk merangkul rakyat Irian Jaya dengan seramah-ramahnya, dan membantu mereka dengan segala jalan yang ada untuk menyelamatkan mereka dari kelaliman ABRI dan aparat penindas lain.



Back to Index